KAB. CIREBON - Naiknya harga cabai yang dialami di hampir seluruh daerah, berdampak terhadap kuliner khas daerah termasuk di Cirebon. Pedagang kuliner rujak pedas khas Cirebon kini terpaksa menaikan harga untuk menekan kerugian akibat naiknya harga cabai.
Sejak beberapa pekan terakhir, kenaikan harga cabai dialami pedagang kuliner, cabai rawit contohnya hingga saat ini masih terus merangkak naik hingga mencapai 100 ribu rupiah lebih di beberapa daerah. Kenaikan harga cabai rawit di Kabupaten Cirebon, kian sangat dirasakan para pedagang kuliner yang memanfaatkan bahan cabiai rawit sebagai bahan utamanya.
Seperti halnya pedagang rujak pedas khas Cirebon, pedagang biasanya dapat membeli cabe rawit 1 kilo gram dengan harga 30 ribu rupiah, kemudian perlahan lahan mulai naik dan pedagang mencoba untuk tidak ikut menaikan harga. Namun, saat ini harga cabai rawit di pasar sudah mencapai 90 hingga 100 ribu rupiah per kilo gram. Hal ini membuat para pedagang harus merubah cara agar tidal mengalami kerugian.
Wati, seorang pedagang rujak pedas di plered saat ini terpaksa menaikan harga jualannya untuk menyesuaikan naiknya harga cabai rawit. Biasanya satu porsi rujak ia jual sebesar 10 ribu rupiah. Namun, saat ini terpaksa menjual dengan harga 12 ribu rupiah satu porsi nya, ia mengaku jika harus mengurangi cabai dalam olahan sambalnya, khawatir mengurangi cita rasa pedasnya.
"Harga normal cabai sih biasanya 30 ribu sekilo, nah sekarang naik jadi 90 ribu mas sekilo. Ya terpaksa harganya naik 2 ribu mas, biasa jual 10 ribu sekarang 12 ribu, " tuturnya kepada wartawan, Senin (4/7/2022).
Dia menerangkan, kenaikan cabai dipicu akibat banyak tanaman mati. Jika tidak dikurangi ia khawatir di komplen pelanggan dan bisa mempengaruhi cita rasa pedasnya.
"Ya maunya sih harga kembali normal lagii, kalau normal lagi ya harga bisa turun, " harapnya.
Pedagang kuliner pedas berharap agar harga cabai bisa kembali stabil. Jika harga kembali normal, maka pedagang akan kembali menurunkan harga. (Bekti)